Minggu, 17 April 2011

Ujung Tombak Perubahan

Selama ini keberadaan wanita terlihat lebih sering dikesampingkan. Wanita sering kali di anggap remeh dalam banyak hal, seolah mereka tak pernah benar dalam melakukan sesuatu. Para orang tua juga merasa lebih bangga ketika mereka memiliki anak lelaki dibandingkan anak perempuan.

Kenyataannya, wanita merupakan ujung tombak perubahan bangsa. Wanita –yang nantinya menjadi seorang ibu– merupakan syarat mutlak dari lahirnya seorang anak, walaupun tanpa adanya sosok ayah (lelaki) juga tidak bisa dilahirkan seorang anak. Itulah yang menjadikan mausia sebagai agen perubahan.

Menurut psikologi perkembangan, peranan ibu sangat penting dalam proses pembelajaran anak. Hubungan anak dengan ibunya juga berpengaruh terhadap hubungan anak dengan lingkungannya hingga dewasa nanti. Ibu seolah menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, karena ibu yang akan pertama kali di contoh oleh anak-anaknya. Dengan begitulah ibu menjadi ‘bintang’ dalam keluarga yang nantinya akan menjadikan anaknya ke arah yang baik atau yang buruk.

Begitulah seorang wanita menjadi tombak perubahan bangsa. Wanita bisa memberikan generas-generasi muda yang tangguh dan berpengaruh untuk masa depan. Jadi, tak ada alasan untuk menatap rendah sosok wanita. 

Minggu, 10 April 2011

Guru: Tanpamu Aku Tak berarti

Bukan hal yang mudah untuk benar-benar bisa menghormati gurumu, terutama ketika posisimu sebagai murid. Guru memang manusia, wajar jika mereka salah, wajar jika mereka memiliki kekurangan, tapi tak wajar jika kita sebagai murid membesarkan kesalahan atau kekurangannya. Justru segala kesalahan dan kekurangannya itu seharusnya bisa menjadi pelajaran tambahan yang tak sengaja mereka berikan untuk kita.

Nasehat dan perkataan mereka kita acuhkan, padahal itu bentuk kepeduliannya pada kita. Ketegasan dan kedisiplinan mereka kita benci, tanpa kita sadari itu bentuk rasa sayangnya pada kita. Kebaikannya mudah kita lupakan, tapi keburukannya mengisi penuh pikiran kita. Kesalahan kita mudah mereka maafkan, tapi tak mudah bagi kita memaklumi kesalahan mereka.

Suasana ruangan kantor itu cukup sepi, hanya ada bunyi ketikan keyboard yang terdengar. Satu-satunya penghuni ruangan itu memfokuskan dirinya pada laptop yang ada dihadapannya. Sesaat kemudian, tepat pukul satu siang, handphonenya berdering menunjukkan sebuah remainder. Dia pun segera menutup laptopnya dan keluar dari ruangan itu.

“Ehm. Apa pekerjaan anda sudah selesai hingga anda lebih memilih menekuni majalah itu?” Katanya begitu melewati salah satu pegawainya yang tengah santai.

“E.. Mm..maaf pak.” Ucap karyawan tadi gugup.

“Majalah ini saya sita sampai jam pulang nanti.” Ujarnya tegas sambil berlalu pergi dari karyawannya tadi. Di tengah langkahnya, tiba-tiba pikirannya berputar ke masa lalunya, ke sebuah kenangan yang membawa hidupnya sesukses sekarang.
************

“Deva! Apa yang kamu simpan di laci meja kamu?” Seru seorang lelaki berseragam biru dongker sambil melangkah mendekati anak yang dipanggilnya tadi. “Apa di majalah kamu itu ada rumus cepat menghitung limit trigonometri sehingga kamu lebih memilih menyimak buku itu dibandingkan saya?”

Anak yang ditegur hanya menggeleng santai tanpa menunjukkan rasa bersalah atau menyesal sedikitpun.

“Baik, majalah kamu saya  simpan sampai jam pulang nanti!” Katanya sambil melangkah kembali ke mejanya.

Deva memang menjadi anak yang sangat terkenal dengan kenakalannya. Semua guru, penjaga kantin, siswa, bahkan petugas bersih-bersih sekolah mengenalnya. Banyak guru yang semakin acuh dengan sikapnya yang tak pernah kenal jera dengan segala bentuk hukuman yang mereka berikan. Satu-satunya guru yang tidak pernah lelah menghukum, menegur, atau menasehatinya hanya Pak Herman, guru matematika sekaligus wali kelasnya.

“Bapak harap majalah ini ga pernah muncul lagi di kelas matematika saya, atau pun guru lain. Saya tau ini kesalahan sepele, tapi kamu sudah terlalu banyak melanggar peraturan sepele seperti ini, jadi saya enggak akan lengah lagi sekecil apapun peraturan yang kamu langgar.” Pak Herman menghela nafas sejenak. “Kamu sudah kelas tiga nak, ujian sudah dihadapanmu. Kamu pasti ga mau jadi orang yang gagal kan?” Deva menggeleng kecil, namun Pak Herman sendiri tak yakin perkataannya tadi benar-benar dicerna otaknya sehingga beliau ikut bergeleng putus asa. “Baik, jadi hukuman kamu kali ini, kamu harus mengikuti pelajaran tambahan dua jam setelah pelajaran berakhir setiap hari selama sebulan.”

“Hah?! Tapi kan saya punya kegiatan lain pak, saya juga-”

“Saya belum selesai bicara Deva! Saya sudah mengamati nilai-nilai ulangan kamu di pelajaran lain. Semoga setelah ini kamu bisa mendapat nilai yang lebih baik dengan hasil pikiran kamu sendiri. Sekarang silahkan kamu keluar, dan berikan surat ini ke orang tua kamu.” Deva pun segera pergi dengan raut wajah kesal. “Semoga Tuhan segera memberikan kamu petunjuk.” batin Pak Herman sambil menatap punggung Deva.

Sejak saat itu selama sebulan penuh Pak Herman berusaha keras mengajar muridnya itu. Tapi perjuangan sebenarnya bukan hanya sekedar mengajar Deva, Beliau juga tak jarang harus berlari keliling sekolah untuk mencarinya, atau terpaksa mendapat kejutan kecil seperti terkunci di toilet ketika jam mengajarnya dan banyak hal lain yang terkadang harus membuat dia mengeluarkan amaranya. Biarpun begitu, tak jera Pak Herman untuk menjadikan anak muridnya ini benar-benar berhasil. Doa pun tak pernah lupa Beliau ucapkan di tengah ibadahnya.

“Permisi Pak..”

“Deva? Dalam rangka apa kamu berkunjung ke rumah saya malam-malam begini?” tanya Pak Herman setengah terkejut dengan kedatangan Deva. “Oh iya, mari masuk sini.” Sambungnya begitu menyadari posisi Deva yang masih berada di luar terasnya.

“Sebenarnya saya kesini mau nganter ini Pak.” Kata Deva setelah mereka telah berada di ruang tamu. Sebuah bungkusan diberikannya kepada Pak Herman seiring dengan ucapannya.

“Astaga, sebenernya saya tidak mengharapkan ini Dev, kamu benar-benar berubah saja sudah menjadi suatu kebahagiaan buat saya.”

“Selain itu, saya juga mau minta tolong sama Bapak.” Ucap Deva dengan wajah serius, Pak Herman menatapnya seolah bertanya –apa? “Saya mau les privat sama Bapak sampai UN dan UMPTN nanti.”

“Bagus, saya bangga dengan kamu. Dengan senang hati saya akau membantu kamu.”

Sejak saat itulah Deva berubah menjadi sosok baru, walaupun sifat nakalnya tak bisa hilang sepenuhnya. Berkat bantuan Pak Herman juga Deva akhirnya bisa lulus Ujian Nasional dengan nilai yang membanggakan serta berhasil masuk sebuah Universitas Negri yang cukup terkenal.

Tak terbayang oleh Deva jika dulu akhirnya tak ada satu guru pun yang benar-benar peduli dengan sikapnya yang selalu menjengkelkan, jika dulu Pak Herman tak berniat menghukumnya hanya karena kesalahan sepelenya, dan jika dulu Pak Herman jera karena sikapnya yang semakin menjengkelkan selama menjalani hukuman. Dia tak akan pernah mendapatkan semua yang telah dimilikinya saat ini.

Senin, 21 Maret 2011

Sahabat

“Friendshipis not about making connection with people whose nature is simlare to ours, it is about respecting and supporting the difference.” (anonymous)

"Friendship is the hardest thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything.” (Muhammad Ali)

“Teman yang baik seperti bintang-bintang, anda tidak selalu melihatnya, tapi anda tahu mereka akan selalu ada.”(anonymous)
Akan ada banyak orang yang akan kita temui dalam hidup kita, namun sedikit diantaranya yang akan memiliki kenangan indah yang abadi dalam pikiran dan hati kita. Mereka adalah orang2 yang akan selalu kita ingat, dan orang2 yang akan tetap penting bagi kita. Mereka adalah teman sejati.” (susan polis)
Kalimat di atas hanya segelintir dari sekian banyak quotes indah tentang persahabatan. Well, persahabatan emang udah jadi bagian penting dalam kehidupan kita. Bahagia kita tak akan terasa tanpa sahabat, dan sakit kita pun tak akan terobati tanpanya. Sahabat itu ibarat saudara yang lupa Tuhan kasih ke kita. Intinya sahabat salah satu hal yang kita butuhkan buat tetap bertahan di garis kehidupan.

Without friendship, our world is only black and white. Sahabat memang memeberi banyak warna dalam kehidupan kita. Coba perhatikan sahabat-sahabat kalian, tak ada satupun dari mereka yang sama persis kan? Karakter yang beragam dari sahabat kita itulah yang membuat warna dalam hidup kita. Tapi jangan salah, perbedaan warna –khususnya warna yang sangat kontras- yang tidak saling dihargai bisa jadi belati buat persahabatan. So, keep supporting the difference.

Persahabatan juga membuat kita lebih peka dan tenang. Ibarat anggota tubuh, satu sakit semua juga akan merasakannya. Saat itu yang sakit akan terobati dan yang lain akan rela berbagi semangat serta ikut merasakan sakitnya, istilahnya laugh together cry together. Ketika keluarga si A kecelakaan, sahabatnya yang lain akan ikut merasa sedih namun tetap memberi semangat hingga akhirnya kesedihan si A berkurang perlahan.

Indah kan persahabatan itu? Sayangnya gelar sahabat sekarang tekesan hanya sekedar status. Sahabat seolah-olah hanya sebagai bukti bahwa kita tidak sendiri, atau sekedar tempat buat popularitas.  Tapi bukan berarti persahabatan yang jernih udah bener-bener hilang dari bola besar ini. Coba sesekali perhatikan sekeliling kalian untuk membuktikannya.

segini dulu untuk postingan pertama saya :D